Langsung ke konten utama

SAHABAT

sahabat tatap penuh mataku 
dengarlah tiap butir ucapku
hidup jadi penuh warna
malam pun tak terasa hampa
saat ada kawan setia
yang mampu terangi semua

sahabat, genggam erat tanganku
dan coba dengarlah sekali lagi suaraku
kesedihanpun berubah jadi tawa
perihpun terhapus musnah
ketika ada sahabat sejati
yang sanggup mengubah dunia

kusadari tak cukup lama kita bersama
namun kita mampu melewati semua
menangis bersama, tertawa bersama
dan bersama selamanya

percayalah, tak ada yang mampu untuk memisahkan kita
yakinlah, tak ada yang sanggup untuk menghentikan langkah kita
hey, SAHABATKU



_sweet5a'clock_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Ulang Tahun Pendengar yang Baik

Ini acara sih sebenernya udah lama, lebih dari sebulan yang lalu. Tapi, aku pengen banget dan pakek harus ngepost acara ini di blog. Entah kapan! hahaha. Alhasil, baru sekaranglah waktu berpihak, jadi muncullah posting ini. 21 Oktober yang lalu, sahabat saya,  Bangun Widhi , yang suka marah-marah kalau aku panggil dengan sebutan "Pak Bangun" merayakan ulang tahun yang ke-23 (gak enak nyebut sebenernya). Acara ini adalah salah satu acara yang gagal sekaligus berhasil. Kejutannya mengecewakan. Gimana enggak, aku udah koar-koar bikin strategi kejutan plus ngumpulin bala bantuan, dan titah kejutan itu dibaca langsung sama sang korban, Bangun. Itu pertama. Kedua, tanggal 21 Oktober itu hari Senin. Pada hari Sabtunya, kita dapet kabar kurang baik tuh, si Bangun gak masuk gegara sakit akibat balap kuda dijalan (gak ding, canda!). Bangun habis kecelakaan dari motor dan nabrak orang. Nah, anak-anak udah ngerencanain buat kejutannya hari Selasa, mengingat pas hari Selasa
"alasan kenapa kita bisa melihatnya bersama adalah karena kita bersama. aku ingin melihat banyak hal bersamamu. bukan karena takdir, tetapi karena kita saling menjaga. biarlah seperti itu."  Seo In ha - Love Rain

Mata Kecil itu, Kembali Pergi

Empat puluh, empat puluh satu, empat puluh dua! Yup akhirnya! Aku baru saja menyelesaikan anak tangga terakhir dilantai empat gedung D kampus. “Tira, capek”, erang Uti padaku sambil meremas lengan sebelah kananku. Memang bukan tantangan berat untuk menaiki lantai empat gedung tersebut, hanya saja jika itu dilakukan setiap kami akan masuk kelas, kerasa kan capeknya?? Belum lagi jadwal sholat yang belum keitung. Sontak aku dan Uti langsung duduk lesehan bersandarkan tembok didepan kelas sambil melahap botol air mineral yang kami bawa. “lungguh kene lo, cek gak panas”, ucap seorang cowok yang baru saja naik tangga dengan logat jawanya yang kental. Cowok itu langsung mendekat duduk disebelahku. Aku yang sibuk mengatur nafas tiba-tiba saja menoleh, melemparkan senyum. Dua temannya mengikuti, yang satu berwajah bersih, tinggi, dan badannya berisi, yang satu lagi kulitnya gelap dan lucu.