Langsung ke konten utama

Gottfried Wilhelm Leibniz

Siapakah ini? Dia adalah salah satu tokoh Matematika (yang baru saya kenal). Namanya Gottfried Wilhelm Leibniz.Ini sih saya taunya gara-gara dosen mata kuliah Matematika saya membahas masalah notasi turunan pada saat tatap muka dikelas beberapa minggu yang lalu. Setelah bubaran kelas, saya jadi penasaran sama tokoh yang satu ini. Bisa-bisanya nemu notasi turunan. Alhasil, dia berhasil membawa saya pada postingan yang satu ini. Yah karena saya salah satu fans berat Matematika, gak ada salahnya juga kenal sama tokoh tokoh pencipta rumus-rumusnya. Sedikit pengetahuan temtang Leinbiz begini:


Lazim dinotosikan dengan  df/dx yang disebut dengan notasi Leibniz.

Gottfried Wilhelm Leibniz
"Penemuan Leibniz letaknya dalam arah di mana semua perkembangan modern dalamarah dimana semua perkembangan modern dalam ilmu terletak, dalam membangun ketrampilan, simetri, dan harmoni, yaitu sifat mencakupi dan ketajaman - ketimbang menangani masalah-masalah tunggal, yang penyelesainnya para pengikut segera mencapai ketrampilan yang lebih besar daripada diri sendiri - J.T.Merz"

Gottfried Wilhelm Leibniz adalah seorang jenius universal, seorang pakar dalam hukum, agama, filsafat, kesustraan, politik geologi, sejarah dan MATEMATIKA. Lahir di Leipzig, Jerman. Ia mendaftar di Universitas Leipzig dan menggondol doktor dari universitas Altdorf. Seperti Descartes, yang karyanya ia pelajari, Leibniz mencari suatu metode universal dengan mana ia dapat memperoleh pengetahuan dan memahami kesatuan sifat-sifat dasarnya. salah satau keinginan besarnya adalah mendamaikan keyakinan Katolik dan Protestan.

Bersama dengan Isaac Newton, ia membagi penghargaan untuk penemuan kalkulus. Masalah prioritas menyebabkan pertentangan yang tidak henti-hentinya antara pengikut dua orang besar ini, satu Inggris, yang lainnya Jerman. Sejarah menjadi hakim bahwa Newtonlah yang pertama mempunyai pemikiran utama 1665-1666, tetapi bahwa Leibniz menemukan mereka secara tersendiri selama tahun 1673-1676. Dengan kesabarannya itupun, Leibniz tidak menerima kehormatan seperti yang dicurahkan pada Newton. Ia meninggal sebagai orang kesepian, pemakamannya hanya dihadiri seorang pelayat yaitu sekretarisnya.

Mungkin Leibnizlah pencipta lambang matematis terbesar. Kepadanya kita berhutang nama-nama kalkulus diferensial dan kalkulus integral, sama halnya seperti lambang-lambang baku dy/dx, lambang untuk turunan, dan integral. Istilah fungsi dan penggunaan secara konsisten dari = untuk kesamaan merupakan sumbangan-sumbangan lainnya. Kalkulus berkembang jauh lebih di daratan Eropa daripada di Inggris, sebagian besar disebabkan oleh keunggulan perlambangannya.

Udah ah! Segitu aja bagi-bagi sejarah tentang tokoh matematika yang satau ini. Kalo kebanyakan isi bacaannya, orang jadi males bacanya. Apalagi ini sejarah hahaha.

Semoga bermanfaat . . .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Selamat Ulang Tahun Pendengar yang Baik

Ini acara sih sebenernya udah lama, lebih dari sebulan yang lalu. Tapi, aku pengen banget dan pakek harus ngepost acara ini di blog. Entah kapan! hahaha. Alhasil, baru sekaranglah waktu berpihak, jadi muncullah posting ini. 21 Oktober yang lalu, sahabat saya,  Bangun Widhi , yang suka marah-marah kalau aku panggil dengan sebutan "Pak Bangun" merayakan ulang tahun yang ke-23 (gak enak nyebut sebenernya). Acara ini adalah salah satu acara yang gagal sekaligus berhasil. Kejutannya mengecewakan. Gimana enggak, aku udah koar-koar bikin strategi kejutan plus ngumpulin bala bantuan, dan titah kejutan itu dibaca langsung sama sang korban, Bangun. Itu pertama. Kedua, tanggal 21 Oktober itu hari Senin. Pada hari Sabtunya, kita dapet kabar kurang baik tuh, si Bangun gak masuk gegara sakit akibat balap kuda dijalan (gak ding, canda!). Bangun habis kecelakaan dari motor dan nabrak orang. Nah, anak-anak udah ngerencanain buat kejutannya hari Selasa, mengingat pas hari Selasa
"alasan kenapa kita bisa melihatnya bersama adalah karena kita bersama. aku ingin melihat banyak hal bersamamu. bukan karena takdir, tetapi karena kita saling menjaga. biarlah seperti itu."  Seo In ha - Love Rain

Mata Kecil itu, Kembali Pergi

Empat puluh, empat puluh satu, empat puluh dua! Yup akhirnya! Aku baru saja menyelesaikan anak tangga terakhir dilantai empat gedung D kampus. “Tira, capek”, erang Uti padaku sambil meremas lengan sebelah kananku. Memang bukan tantangan berat untuk menaiki lantai empat gedung tersebut, hanya saja jika itu dilakukan setiap kami akan masuk kelas, kerasa kan capeknya?? Belum lagi jadwal sholat yang belum keitung. Sontak aku dan Uti langsung duduk lesehan bersandarkan tembok didepan kelas sambil melahap botol air mineral yang kami bawa. “lungguh kene lo, cek gak panas”, ucap seorang cowok yang baru saja naik tangga dengan logat jawanya yang kental. Cowok itu langsung mendekat duduk disebelahku. Aku yang sibuk mengatur nafas tiba-tiba saja menoleh, melemparkan senyum. Dua temannya mengikuti, yang satu berwajah bersih, tinggi, dan badannya berisi, yang satu lagi kulitnya gelap dan lucu.